Cerita Dewasa Antara Aku, Istriku, dan 2 Putri Kami
Cerita Dewasa Antara Istri dan Dua Putriku –Hubungan sex antara aku dan istriku tergolong biasa saja. Cukup normal, meskipun tanpa bumbu-bumbu nafsu berlebihan. Namun suatu ketika terjadi hal di luar dugaan yang membuat kehidupan sex kami menjadi abnormal.
Kedua Putriku Tumbuh Dewasa Dan Cantik
Di usia kepala empat, aku jarang memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film porno, dan akhirnya menyadari kalau cewe-cewe yang lebih muda pastilah lebih sexy dan lebih menggairahkan.
Di masa muda saat umurku belasan hingga dua puluhan tahun film dewasa sangat sering kutonton. Namun sejak berumah tangga menonton film itu tidak begitu sering. Kalaupun ingin, aku menontonnya saat aku sendiri. Aku takut dicap istriku sebagai maniak sex, meskipun pada dasarnya menonton film di kamar berdua pasangan tidaklah salah.
Akhir-akhir ini (mungkin) secara tidak sadar aku telah menumbuhkan fantasi-fantasi tertentu. Misalnya membayangkan bagaimana rasanya penisku dijepit oleh Sisil, putri tertuaku yang berumur 22 tahun dan telah bekerja di sebuah perusahaan multimedia.
Atau bagaimana rasanya Fenny menggenjot pinggulnya di atasku sambil menikmati kuluman dan permainan lidahnya di puting ku. Cewe 19 tahun ini masih kuliah nyambi kerja free lance.
Dan tanpa sadar pula aku menjadi terobsesi, meskipun aku cukup sukses memendamnya. Aku tidak ingin kedua putriku yang beranjak dewasa itu mengetahui kalau papanya doyan daun muda, meskipun pertama kali aku berhubungan badan dengan ABG belasan tahun adalah 22 tahun lalu, saat aku masih bekerja di lapangan dan sering keluar kota.
Sebagai seorang ayah dari dua orang anak perempuan aku tergolong sangat dekat dengan keduanya. Bahkan bisa dianggap sebagai teman dan sahabat, meskipun untuk hal-hal tertentu aku sangat disiplin. Maklum, sejak aku mencicipi bangku kuliah saat aku telah beranak 2, aku semakin memiliki wawasan dan perlahan mulai memperbaiki hal-hal buruk yang dulu pernah kulakukan di masa muda.
Dulu aku cukup jarang memantau pertumbuhan kedua putriku, karena aku sering ke luar kota. Namun sejak ditugaskan kerja di dalam kota, aku mulai dapat mengontrol rumah tangga. Terlebih putri tertuaku sudah masuk TK, sementara istriku mulai bekerja di sebuah cabang perusahaan consumer food di kota ini.
Hasilnya, kedua putriku jauh lebih akrab dan nyaman bila bersamaku, meskipun keduanya juga sangat mencintai mamanya.
Meskipun telah dewasa, namun aktivitasku memantau kedua putriku tetap sama. Mulai dari bangun pagi hingga mau tidur.
Yang membedakan, dua tahun terakhir ini aku sangat sensitive bila melihat keduanya bangun pagi dengan puting menonjol di balik tank top dan keluar kamar hanya menggunakan celana sport pendek atau bahkan celana dalam.
Padahal sebelum-sebelumnya dengan keduanya sering bergelantungan di pundakku dan payudara yang menempel, aku bahkan biasa2 saja. Bahkan melihat keduanya bercengkarama dan cekikikan kalau nemu konten vulgar di hp-nya dan menunjukkannya padaku, kami sama-sama tertawa-tawa.
Sisil dan Fenny punya ukuran payudara yang sama, 34. Bedanya Sisil 34B, dan Fenny 34A. Ukuran Fenny lebih mirip mamanya. Keduanya juga memiliki model rambut yang sama, sama-sama pendek. Bedanya Fenny pendek sebahu, sementara Sisil benar-benar pendek hingga lehernya yang jenjang bisa terlihat.
Keduanya juga memiliki postur yang tidak jauh beda. Sama-sama punya body yang berotot dengan Sisil 168cm dan Fenny 165cm, hanya saja Sisil punya paha yang lebih besar. Pastinya tidak skinny, karena sedari sekolah dulu keduanya sering kuajak latihan bela diri, renang, hingga basket sehingga body fit nya sangat terlihat apalagi kalau di rumah.
Perbedaan lainnya yaitu Sisil lebih suka kegiatan outdoor sementara Fenny lebih menyukai music dan gaming.
Bisa dikatakan 85 persen kegiatan keduanya adalah copy paste aktivitas harianku saat masih muda. Sisanya adalah sisi feminis ibunya : bikin kue, jalan-jalan, dan mencicipi kuliner.
Meskipun keduanya menjalani hari-harinya sebagaimana aktivitas anak muda milenial yang have fun dan kumpul-kumpul, tapi keduanya memiliki hal yang jarang dimiliki anak muda lainnya. Pagi menyiram bunga, membersihkan halaman, mencuci pakaian papa dan mamanya, cuci piring, hingga menggosok pakaian.
Menurut Sisil, kegiatan itu terinspirasi ketika dia mulai masuk SD memperhatikan pria yang jarang dilihatnya sejak bayi namun akrab dengan dirinya itu sangat rajin melakukan semuanya. Hal yang juga diakui oleh Fenny. Pria itu adalah aku, papanya. Bedanya, Sisil mulai melakukan itu sejak dia masuk SMA, hal mana diikuti pula oleh Fenny.
Saat Tubuh Putriku Membuka Pikiranku
Suatu hari di bulan Maret dua tahun lalu saat pandemic melanda, aku membangunkan keduanya agar segera mandi dan berangkat kerja. Aku sendiri WFH, sehingga ke kantor bisa jam berapa saja kalau ada hal penting. Entah mengapa, ketika membangunkan Sisil perlahan-lahan sesuatu di selangkanganku terasa berat dan pelan-pelan menimbulkan tonjolan di balik celana sport pendekku.
“Iya pa, bentar lagi deh…”kata Sisil balas menepuk-nepuk pipiku sambil mengambil ponselnya untuk melihat jam. Tubuhnya yang hanya terbungkus tank top dan celana dalam membuatkan sejenak tertegun. “Iss, papa, kayak gak pernah liat aja…”katanya mencolek hidungku ketika dia menangkap mataku sedang tertuju ke mana.
Meskipun malu karena tertangkap basah, aku tetap tenang. “Cepat sana mandi…”kataku nyengir sambil berlalu menuju kamar sebelahnya, kamar Fenny.
“Hai cantik, tumben bangun cepat ?”tanyaku menyindir sambil tersenyum pada Fenny yang masih tergeletak tapi sambil mengucek matanya. Hanya mengenakan daster, pentil susunya menonjol jelas. Kembali aku tertegun.
“Papa…aku bukan Alex Coal lho”katanya terkekeh sambil menyebutkan nama seorang pornstar di situs bokep terbesar di dunia itu. Aku nyengir saja sambil membiarkan tangannya mencubit pinggangku.
Mamanya memang sejak jam 7 pagi sudah berangkat kerja. Jadi sudah tugasku mengontrol rumah karena kami tidak menggunakan ART.
Sejak saat itu pikiran-pikiran mesum sering bercengkrama di otakku. Disatu sisi, ditengah hubungan ranjangku dengan ibu mereka dingin-dingin saja, tapi melihat keduanya nafsuku sering bergejolak. Hal yang wajar karena aku terlalu sering menahan nafsu karena penolakan istriku yang sering tidak mood atau kecapaian sepulang kerja bila diajak bersetubuh. Paling banter aku onani.
Parahnya, Sisil bukannya tidak tahu itu. Dia sering tersenyum simpul setiap kali membersihkan toilet di kamar orang tuanya, bahkan di toilet dekat dapur.
“Kaciaan deh papa” katanya berbisik setiap kali berpapasan denganku saat habis mandi atau mau sarapan, yang aku baru belakangan ini paham apa maksudnya.
Sisil dan Fenny sering bertanya hal-hal pribadi padaku. Meskipun demikian, aku tetap meladeninya. Aku paham keduanya memasuki usia dewasa. Aku mengambil hal positif saja, meskipun seringkali kami terlibat obrolan soal seks, baik ketika berkumpul ber-3 maupun secara personal.
Sama-sama cantik, tapi ada satu hal yang membuat Sisil punya nilai lebih dimataku. Dibalik sikap tomboynya itu, dia orang yang bijaksana dan bertanggungjawab. Masukan-masukan darinya sering menjadi referensi bila aku mau melakukan sesuatu. Dan untuk hal-hal pribadi, dia orang yang paling aktif berdiskusi tentang hubungan ranjang denganku. Entahlah, menurut dia aku adalah orang yang tepat yang membuat dia nyaman untuk membahas hal ini.
“Sisil udah gak perawan lagi pa….Sisil udah 2x ngelakuinnya sama pacar, waktu kelas 2 SMA. Tapi itu terakhir kalinya.”kata Sisil mengakui suatu tragedi yang menimpanya sambil sesenggukan hampir 5 tahun lalu.
Kala itu aku seperti dihunjam bebatuan seberat gunung dan hatiku tersayat ribuan pedang ketika mengetahui hal itu.
“Sisil tahu papa kecewa, papa marah sama Sisil. Jangan kasih tau mama. Cukup papa aja yang tau…jangan benci Sisil ya pa…Sisil sayang papa, cuma papa yang tahu Sisil.”bisiknya memohon disela sedu sedannya, yang pelan-pelan membuat amarahku mereda.
Tapi aku terlalu sayang pada Fenny, terutama pada Sisil. Caranya untuk jujur dan sportif membuatku bersimpati, dan tidak mau berlama-lama marah. Aku takut dia akan kehilangan kepercayaan diri dan dukungan dari orang yang paling dia percaya dan sayangi, aku papanya.
Sejak kejadian itulah Sisil, Fenny, dan aku terlihat lebih akrab daripada biasanya. Hal-hal paling pribadi selalu mereka ceritakan dan diskusikan.
“Si Bimbi keren ya Fen…”kata Sisil saat melihat instagram Fenny.
“Kalah keren sama papa….skill gitar papa lebih paten”kata Fenny sambil memujiku.
Atau…
“Si Mario bagus badannya ya kak”kata Fenny memperhatikan fans nya Sisil.
“Kakak masih fans berat papa lho dek. Cowo lain ? Belum deehh…”kata Sisil manja sambil tertawa mengusap-usap dada bidangku yang terbungkus kaos oblong longgar.
Ah, makhluk cantik di rumah ini bertambah dua orang lagi sejak kedua putriku semakin dewasa. Dan keduanya nge-fans berat padaku. Baik sebagai papanya, maupun sebagai lawan jenisnya. Aku pun sukar mengartikannya.
Namun hubunganku dengan Sisil, Fenny, dan ibunya menjadi samar ketika hal yang tidak seharusnya terjadi, benar-benar terjadi.
Kisah ini bermula saat Sisil pulang sehabis 2 hari mengikuti kegiatan out door bersama komunitasnya, setahun yang lalu.
*****Hubungan Terlarang Antara Aku, Istriku, Dan Kedua Putriku
Suatu malam, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Sisil. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan cewek dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok, kuliah, dan kerjaan, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka.
Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Sisil dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara desahan dan erangan yang menurutkan cukup berisik. Bila saja pintunya tak ditutup pastilah kedengaran sampai ke luar dengan jelas.
Lalu aku dengar lenguhan dan erangakan kenikmatan.
Kudorong pintu agar sedikit terbuka. Apa yang terlihat didalam sangat mengejutkanku. Fenny dan Sisil berbaring di lantai dengan kepala Fenny berada diantara paha Sisil dan jemari tangan kanan Sisil meremas pantat dan memainkan vagina Fenny.
Setelah mataku bisa menyesuaikan kegelapan di kamar itu, kulihat dada Sisil bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Fenny menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Sisil. Mata Sisil terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Fenny.
Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Sisil mencengkeram kepala Fenny dan terlihat sepertinya dia akan 'memecahkan' putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Fenny.
Kelihatannya Fenny juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Sisil dengan cairan vagina yang menetes jatuh di karpet seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya.
“Anjirrr….”teriak Fenny tertahan saat mulai mereda.
Sedihnya, aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi dua gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..
"Bagaimana denganku?" kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik lalu duduk di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Inilah pertama kalinya dia berinisiatif dalam 5 bahkan 10 tahun terakhir ini. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Sisil. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku.
Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak.
Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.
"Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi."kataku pelan.
Ya, kala dia masih ABG dulu, nafsu kami seperti tak terkendali. 5x sehari setiap 4-5 hari seminggu membuat kami lupa bila kami adalah pasangan tanpa status. Teman kecilku yang ternyata sering menghabiskan waktunya di klub malam itu terlalu sayang untuk dibiarkan begitu saja.
Anak tetangga satu gang rumah ku dulu itu, dibalik kecerdasannya bermain piano, menyimpan sejuta trauma broken home yang pada akhirnya menuntun dia untuk melarikan diri melepaskan panas api neraka di rumahnya.
Di usianya yg 17 tahun, dia sudah tamat SMA lewat jalur khusus akselerasi. Di usia 17 tahun pula dia hamil 2 bulan tepat setelah pengumuman kelulusan. Meskipun aku nge-sex dengannya karena suka sama suka, pada akhirnya aku menikahinya untuk bertanggung jawab. Saat itu aku sudah menjadi seorang supervisor di sebuah perusahaan swasta pemerintah.
Itulah satu-satunya ABG yang pernah kuajak berhubungan intim, dan dia adalah Ajeng, ibu dari Sisil dan Fenny. Aku mulai benar-benar mencintainya saat Sisil berumur 5 tahun.
*****Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..
"Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?"
Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Sisil dan Fenny berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Fenny yang belepotan dengan cairannya Sisil yang melintas di benakku.
"Ups, terlambat!" kata Sisil beberapa saat ketika mengetahui aku telah mengeluarkan cairanku dan berlalu meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.
"Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang."
Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya.
Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga.
Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku. Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.
"Kamu suka?" tanyanya.
Sebelum aku menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelan batangku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..
"Eit…. tunggu dulu ! Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu." Katanya membesarkan matanya sambil menyunggingkan senyuman. Hm, tidak biasanya, dia agak genit, dan terlihat lebih mempesona dibandingkan hari-hari biasa.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya. Dia meraihnya dan pelan-pelan mendorong pantatnya ke belakang.
Kulihat penisku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang vaginanya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.
Dia mengerang. Lalu dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.
Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubangnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.
Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam vaginanya.
Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.
Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang!
Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam vaginanya. Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya.
Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan vaginanya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.
"Tadi benar-benar menyenangkan. Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti" katanya mengedipkan mata sambil menyunggingkan senyum kecil.
Aku menatapnya bingung namun tetap tenang. Setelah beberapa tahun terakhir, baru kali ini dia berinisiatif dan aktif saat bergumul. Bahkan lebih eksplosif, lebih teknikal. Terbukti dia mampu membuatku orgasme dalam waktu singkat.
*****Anak-anakku datang tak lama kemudian. Ternyata mereka baru saja membeli mi pangsit untuk sarapan. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat konser Dream Theater di Youtube, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.
Sisa seminggu itu normal-normal saja. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih Fennyp malamnya sepulang dia arisan. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?
Saat hari Jum'at malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya. Saat kami bangun hari Sabtunya, Sisil dan Fenny punya ide untuk masak dan makan bareng.
Isteriku lalu mengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.
Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya.
Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.
"Woi! Kalian dimana?" teriakku, "Ayo makan!"
"Yaaa!" kudengar jawaban dari kamar Sisil. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
"Hey, kalian lagi ngapain sih? Apa nggak ada yang mau makan?" tanyaku jengkel.
"Ada, bentar pa!" kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Sisil.
Aku mendekat ke kamar Sisil dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.
"Kalian lagi apa sih ?""Sedang menunggu Papa." Fenny menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
"Kami membiarkan Papa melihat kami minggu kemarin, tapi kali ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah."kata Sisil dengan sesungging senyuman aneh tapi terlihat menggoda.
"Astaga, Mama kalian akan membunuhku!" tangkisku mengelak.
"Gak juga sih, aku gak akan melakukannya kok!" kudengar suara isteriku saat kulihat dia keluar dari toilet kamar Sisil.
"Gadis-gadis cantik ini menginginkanmu! Kamu pria idola mereka. Bisa apa aku menolak mereka?"
Fenny menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya yang indah dan kencang menunggu untuk segera dihisap.
"Bisa apa aku menolak mereka?" pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Fenny membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku.
Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Sisil sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya.
Kutelusuri lekuk tubuh Sisil dengan tanganku sampai pada vaginanya yang berambut sangat tipis bila tidak bisa dibilang botak dan rapi, lalu menyelipkan jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariku kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusaha untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Sisil memandangku..
"Sisil mengidolakan papa. Papa gak tau rasanya cemburu setiap kali membayangkan kisah papa ngentot sama mama."kata Sisil berbisik menatapku lembut.
Ngentot. Kosa kata ini hanya mamanya dulu sering melontarkan kalau sedang bersenggama. Kini istilah itu terlontar dari bibir indah Sisil tepat di depan mamanya. Aku sering mendengar Sisil dan Fenny menggunakan kosa kata yang lebih sopan dengan istilah "main" bila sedang berdiskusi atau bercanda.
Respon syarafku sangat cepat dan sukses memerintahkan penisku menegang. Aku membungkuk dan mencium Sisil, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.
Sementara itu, Fenny mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Fenny sedangkan ada pilihan lainnya. Aku menatap Fenny dan Ajeng, istriku, lalu Sisil.
Kudorong Sisil ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya.
Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi.
Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Sisil telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini. Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda kenikmatannya.
Sisil mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Sisil sangat panas, basah dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk.
Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku.
Kupandangi wajah Sisil yang sedang menatapku sayu.
“Tahukah papa setiap kali ngobrol sama papa aku selalu basah. Bokep yang sering Sisil tonton gak mampu membuat Sisil sehorny saat membayangkan papa”katanya lembut sambil menggesek-gesekkan pipinya di pipiku.
“Papa terlalu sering membuat Sisil dan Fenny menderita. Mama sering mengenalkan anak temannya ke Sisil dan Fenny. Tapi Cuma papa yang bisa membuat kami goyah. Setiap Fenny cerita papa, kami berdua merasa bergetar.”kata Sisil pelan sambil menggesekkan bibirnya ke hidungku.
Aku melirik ke Fenny, saat aku berada diantara kebingungan sambil meremas dada Sisil.
“Seandainya papa bukan papa kami…” kata Fenny sambil menciumi pahaku. “Pasti kami akan melakukan apa saja agar papa menjadi priaku, atau lelaki kak Sisil.”sambungnya.
Aku semakin gontai ketika pengakuan berikutnya keluar dari Ajeng, istriku.
“Mereka mencintaimu. Aku tak tahu berbuat apa, karena mereka sudah dewasa. Aku sadar, semakin aku larang, semakin besar dirimu dimata mereka. Kamu bisa lihat sendiri.” Kata istriku tenang saat pandangan mataku beralih padanya, sambil membiarkan Fenny mengocok penisku.
Antara nafsu pria kepada lawan jenisnya, antara sosok ayah yang diidolakan putrinya, dan perasaan terdalam wanita kepada lelaki yang justru adalah ayahnya. Dimana aku dan kedua putriku memposisikan diri ?
Bagaimana perasaan Ajeng sebenarnya ketika dihadapkan pada kenyataan itu ?
Entahlah, aku bingung. Yang pasti, ditengah gejolak nafsu yang melanda karena kehadiran tiga dewi di hadapanku, aku juga merasa tersanjung sebagai lelaki yang menjadi pria idaman mereka.
Kembali aku menatap Sisil sambil meremas dada kirinya dan mengulum puting susu kanannya, Fenny mendekatiku sambil menciumi leherku dan mengelus punggungku. “Sisil…papa bingung”desisku sambil menatap wajahnya.
Sisil tersenyum sambil menatapku dalam-dalam.”Terserah papa mau ngapain sama kontol papa ke Sisil”katanya mengocok-ngocok penisku.
Kontol, istilah yang juga baru kali ini aku dengar langsung dari bibirnya membuat penisku semakin terasa besar dan tegang dalam genggamannya. Hanya Ajeng yang sering melontarkan kalimat saru bila kami sedang berduaan.
“Sisil udah lama pengen ngerasain kontol papa. Entah bagaimana papa bisa menahan diri..”katanya tersenyum kecil sambil mengangkat-angkat pinggulnya menggesek-gesekkan bagian bawah perutnya ke penisku. Sementara Fenny membelai dan memainkan kantung pelirku.
“Papa harus tau, Cuma kontol papa yang bisa menahan Fenny gak ngelakuin ke orang lain. Semuanya karena Fenny sering membayangkan lagi ngentot sama papa sambil minta tolong kak Sisil”kata Fenny sambil meremas-remas buah pelirku sehingga menimbulkan sensasi.
“Jadi….”tanyaku gugup sambil menebak-nebak, sembari membiarkan jantungku semakin berdegup kencang ketika putri bungsuku juga mengucapkan kalimat itu. Kontol.
“Ya, Fenny udah gak perawan pa.”kata istriku yang sedang bersidekap menimpali. Tubuhnya yang hanya tertutup celana dalam dengan kaos gombrong berwarna abu-baru sepaha itu bersender ke kusen pintu.
Ditengah pelintiran jari Fenny pada kantungku dan gesekan selangkangan Sisil membuatku tersadar bahwa nafsuku sudah tak tertahankan.
Aku meraih pinggang Sisil dengan kedua tanganku sementara Sisil memposisikan pinggulnya agar vaginanya tepat sejajar dengan penisku.
Aku lalu membungkuk dan mencium bibir Sisil. Uniknya, diantara rangsangan dan nafsu yang ada ciuman yang kami lakukan seperti ciuman sepasang kekasih yang saling merindu. Terasa lembut, dan nyaman.
Dalam benakku sempat terlintas bila Sisil adalah benar-benar kekasih sejatiku. Terbukti dari lamanya kami ciuman, saling memagut bibir dan menjilat.
Uniknya, Fenny ikut nimbrung pada bagian ini. Bukan Cuma menciumi aku, tapi juga beradu bibir dengan kakaknya. Pemandangan yang sering aku lihat di film-film bokep bergenre lesbian kini terhampar nyata di mataku.
Aku melirik ke arah istriku, dan dia menganggukkan kepala padaku tersenyum. Dia lalu mendekat, dan duduk di tepi kasur. Dia membelai rambutku dengan senyum yang tak lepas.
Sambil tetap menatap istriku, aku mendorong pinggulku menekan penisku masuk belahan vagina Sisil dengan bimbingan tangan Fenny secara naluriah yang bahkan dia belum pernah lakukan kepada lelaki manapun.
Sedikit demi sedikit penisku masuk ditengah jepitan vagina sempit milik Sisil. Lobang surga milik Sisil membuat aku hampir tidak dapat mengontrol penisku untuk segera menyemburkan cairan ke dalam miliknya.
“Pelan-pelan dulu papa sayang…Sisil belum pernah lagi dimasukin”bisiknya sambil menggigit telingaku pelan. Aku tersadar terakkhir kali dia dimasuki kontol adalah beberapa tahun lalu. Tapi aku juga gak tahu persis apakah dia tidak melakukannya dengan benda lain. Aku lalu mulai menarik dan memasukkannya dengan lembut sambil menatap wajahnya.
Sedikit mengerenyit, hitam matanya seakan hilang menahan berbagai rasa saat penisku masuk.
“Papa…”lenguhnya saat pinggulku mulai bergerak berirama. Pelan-pelan keringat mulai mengucur di leher dan punggungku. Kubiarkan Fenny menghisap dan mengulum pentil dadaku, sementara istriku mengusap-usap pantatku.
5 menit, 10 menit, hunjamanku masih santai-santai saja. Lalu terjadi perubahan ritme ketika Sisil mulai lebih banyak bergerak. Selain mengikuti hunjaman penisku ke vaginanya, dia pun menggerakkan pinggulnya memutar sembari vaginanya menjepit penisku secara berirama pula.
Dia lalu mengalungkan tangannya di leherku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya di kedua sisi. Aku merasa Sisil seperti ingin membuatku cepat muncrat.
Aku bertahan agar tidak segera menyemprotkan spermaku dengan sejenak menghentikan gerakan lalu memainkan jariku pada vaginanya.
“Ihh…papa tau banget”kata Sisil ternyum, yang kurespon dengan menciumi bibirnya. Kembali kami saling berciuman. Kali ini lebih mesra, dimana Sisil terlihat lebih rakus.
“Paa…”katanya sambil merangkul leherku dan memeluk aku erat, seolah-olah tak ingin lepas. Disini aku mulai tersadar bahwa perasaan Sisil memang sangat dalam.
“Sisil sayang papa…Fenny juga”kata Sisil menatap Fenny dan menarik leher Fenny untuk mendekati wajahnya. Keduanya lalu berciuman. Aku melirik istriku sembari membiarkan penisku tetap tenggelam di vagina Sisil. Istriku tersenyum penuh arti.
Disela-sela rehat itu aku iseng bertanya lebih jauh pada Fenny. “Fenny lesbian ? Kenapa gak cerita ke papa ?”tanyaku sambil mengusap punggung anak bungsuku itu.
Fenny menatapku membiarkan tangan Sisil membelai dadanya dan memelintir putting Fenny. “Fenny normal kok Pa…Fenny hanya belum mau sama cowo. Belum ketemu orang yang kayak papa”katanya sambil mencium bibirku dan menyandarkan kepalanya di bahuku sambil membelai paha Sisil serta mengusap-usap bibir vagina kakaknya itu yang diikuti desahan Sisil sambil menggigit bibirnya. Terlihat indah.
“Ini terlihat salah, tapi perasaan mereka tidak bisa dibohongi pa. Aku bisa apa ?” kata Ajeng sambil tersenyum padaku.
Aku tersenyum tak bisa berkata-kata.
“Kita nikmati aja dulu pa, cukup kita yang tahu.”kata Ajeng istriku sambil mencium bibirku ditengah kebingunganku.
Ya, disatu sisi ini adalah dosa. Tapi di sisi lain nafsu dan perasaanku sebagai lelaki normal yang dihadapkan pada keindahan tubuh kedua wanita cantik itu juga tak bisa kutahan lebih lama.
Apalagi goyangan pinggul dan jepitan vagina Sisil terasa berbeda dibandingkan mamanya. Setiap hunjaman penisku dihiasi beragam perasaan.
Sisil menggerakkan pinggulnya memberikan tanda agar aku segera menggenjot lagi. Kali ini dia bangkit dan memelukku, sembari membisikkan ke telingaku. “ Sisil diatas ya pa…”katanya sambil menghisap telingaku.
Masih dengan tubuh menempel dan berpelukan dengan kedua kakinya membelenggu pinggangku, aku memposisikan tubuhku menelentang.
Sisil masih menciumiku sambil menjepit pinggangku dengan vaginanya seperti menghisap penisku.
“Gantian ya papa sayang”katanya tersenyum menggoda sambil mulai menggerak-gerakkan pinggulnya. Kemudian dia menegakkan badannya dan memposisikan dirinya berlutut. Perlahan dia mulai menggerakan tubuhnya naik turun dengan penisku di bawah dan dia membiarkannya masuk menerobos vaginanya.
Pelan tapi pasti dia mulai mempercepat gerakannya sambil mulutnya mendesis dan kadang melenguh.
“Ahh….paaa…”erangnya menaikturunkan pantatnya di atas selangkanganku. Kulirik Fenny yang menjilati leher kakaknya sambil tanganku meremas dada Sisil. Fenny berpaling ke arahku, lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil tersenyum.
“Papa kalau ngentot sama mama tahan berapa menit pa ?”tanyanya genit sambil menjilati hidungku dan menggigit bibirku.
Belum sempat aku menjawab istriku langsung merespon. “Mama ngentot sama papa gak pake menit-menitan. Udah nyemprot, ya sambung lagi”katanya terkikik diiringi gelak tawa kedua putriku. Aku hanya tersenyum.
“Emang kalau udah ngentot ronde berikutnya maninya masih banyak ya ma ? “Tanya Fenny lagi dengan sikap menggemaskan, yang membuatku semakin terangsang ditengah jepitan vagina Sisil. Kata-kata yang dilontarkan pun semakin vulgar tanpa batasan.
“Sisil pernaaa..hh….liat...papahhh…ngocookkh sampeee emppatt kaliiihh…aaahh….mani…sshhh…mani papaaah…..massssiiihh baanyaaakkk……aahhh…paaaa….adaaa Sisiil,….adaa Fennyyy…tapiiihh papa…buaaangnyaaaa di toileettt”kata Sisil mendesah sambil menggenjot pinggulnnya.
Aku melihat bagaimana penisku keluar masuk dengan jelas ke lobang vagina Sisil, yang terlihat semakin membasah dan menimbulkan suara decakan seperti suara telur dan tepung dikocok saat Ajeng membuat kue.
Aku diam saja menikmati apa yang dilakukan oleh Sisil. Sudah 10 menitan kami dalam posisi Sisil diatas, ditambah rangsangan dari Fenny serta istriku entah berapa lama aku sanggup bertahan.
Tiba-tiba Sisil mempercepat gerakan pinggul dan pantatnya dengan dadanya menempel di dadaku, sambil mengerang nikmat dia menengadahkan wajahnya. Terlihat putih matanya sangat dominan seolah-olah dia benar-benar “hilang”.
“Papaahh….”erangnya memanggilku sambil menciumi bibirku.
“Sisil sayang papaaa….”erangnya lebih keras tanpa menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan hunjaman pantatnya di atasku.
“Papa juga sayang kamu naakk….”jawabku membalas ciumannya. Jawaban jujur yang datangnya tanpa aba-aba meluncur begitu saja.
“Memek Sisil….memek Sisil enak banget nak….eehgg”erangku.
“Papahh jugaaa…kontolnyaaahh….kerassshh bangeettt….”timpal Sisil.
“Ahh…paaahh….Sisill mauuu…..udaahhh…..Sisill…..paahhh” erangannya semakin tak beraturan, diiringi gerakan yang semakin cepat pula.
Tak kusangka, Sisil menggigit putingku gemas dan menjilat serta menghisapnya. Sementara pada saat yang bersamaan sebuah tangan meremas bola pelirku dan menghisapnya. Aku tidak tahu siapa yang melakukannya. Yang pasti seketika benteng pertahananku melemah. Sesuatu ingin segera dikeluarkan dari kantung spermaku.
“Ahh….Sisil….”desahku dan sontak segera menggenjot vagina Sisila dari bawah dengan cepat.
Aku buru-buru menahan pinggul Sisil agar penisku tidak menyemburkan cairannya ke dalam vagina Sisil. Bagaimanapun, dia putriku. Bagaimana kalau dia hamil ? Aku belum bisa membayangkannya.
Namun tak kusangka pula Sisil menahannya, dan tetap menggenjot pinggulnya.
“Sisil….jangannn…”kataku disela-sela eranganku.
“Biaar ajaa pahhh….”katanya dengan kocokan yang tak beraturan.
“Sil….sisil gak boleh nak….”kataku melotot. Sialnya yang dipelototin malah tersenyum.
Dan “Crooot…..crooottt……”
Dalam beberapa detik berikutnya kontolku tak sanggup lagi menahan dan saat tubuhku menegang disusul maniku muncrat ke dalam vagina Sisil.
Saat beberapa cairan terakhir muncrat, bersamaan pula teriakan Sisil diiring goncangan dan kedutan pada tubuhnya serta badan yang meregang menegang.
“Papaaahhh…..” erangnya kuat menahan kenikmatan yang dirasakannya saat dia orgasme.
Aku bisa melihat dengan jelas roman wajahnya ketika dia melepaskan itu semua. Sangat mempesona. Aku menikmati momen-momen seru itu, momen wajahnya merona memerah dengan mata terbeliak hanya memperlihatkan putihnya saja, dan sesungging senyum saat giginya menggigit bahuku dimana tangannya merangkul leherku.
Sementara pada saat itu sebuah tangan menjepit dan mengocok kontolku yang dijepit vagina Sisil, dengan sapuan lidah pada pahaku. Kuyakin itu lidah Ajeng, istriku.
Kulihat Ajeng melepaskan celana dalamnya sambil tersenyum melihat kami berdua. “Kalah deh bokep….kalian lebih original”kata Ajeng memposisikan duduknya di sebelahku sambil membentangkan pahanya.
Terlihat vagina istriku yang ditumbuhi bulu tipis di atas bibirnya sangat rapi. Vagina yang dulu sangat mempesonaku sehingga aku tergila-gila dan tak sempat lagi berpikir untuk bersebadan dengan perempuan lain. Kecuali hari ini.
Kulihat dia memainkan vaginanya pelan-pelan, yang terlihat sudah membasah itu. Sambil tersenyum ke arahku dia menarik tanganku menuju vaginanya, dan memasukkan dua jariku ke sana. Sementara dia memainkan klitorisnya.
“Aahh….paaa…”erang istriku, yang semua aktivitasnya disaksikan kedua anakku. “Mama kerenn….”kata Fenny disela-sela aku dan Sisil sedang menghimpun tenaga. Sisil masih berada di atas tubuhku sambil membelai-belai dadaku dan menelungkupkan kepalanya di situ.
Cairan kental perlahan menetes dan merembes keluar dari sela-sela jepitannya di kontolku, membasahi pahaku dan membuat sprei menjadi basah dan lembab.
“Anjinggg….adegan kalian bikin mama gak sanggup nahan…”katanya tersenyum yang dibalas dengan tawa kami. Terlihat dia mempercepat gerakan pada itilnya dan jemariku merojok lubangnya.
Vagina Ajeng masih indah, layaknya anak gadis dua puluhan tahun. Tidak terlihat bila umunya sudah kepala tiga. Aku sangat menggilai memek istriku, karena dia rajin merawatnya. Itu sebabnya mengapa aku merasa menderita setiap kali ditolak olehnya bila ingin melampiaskan hasratku.
Aku lebih rela menyemprotkan maniku di kamar mandi ketimbang menikmati vagina orang lain yang tidak kuketahui bagaimana mereka merawatnya.
5 menit lebih sedikit, tubuh Ajeng menegang. Terlihat tubuhnya gemetar dengan jemarinya memainkan itilnya sementara jemariku bermain dalam lobangnya.
“Srrrrttt….”
Dalam hitungan detik, bersamaan dengan tubuhnya yang menegang, beberapa percik cairan seketika terlontar keluar membasahi jari dan pergelangan tanganku.
Kulihat Sisil membelai paha dan betis mamanya. Dia seolah-olah ingin membantu sekaligus memberikan kenyamanan pada mamanya saat menggapai kenikmatan itu.
Ah, Sisil, benar-benar dewasa putriku yang satu ini.
Kulihat Fenny tersenyum ke arahku beberapa saat setelah melihat tubuh tegang mamanya mengendur, lalu kembali memandangi mamanya itu.
Kulihat wajah istriku, tersenyum membiarkan jemariku membelai vaginanya, sementara jemarinya membelai tanganku. Sebentar kemudian dia terlentang di sampingku dengan kepalanya di lenganku sambil membelai perutku dan kepala Sisil putriku yang masih berada didadaku.
“Mama gak tahu kita sedang apa…Mama bingung”kata istriku dengan suara sedikit parau sambil menatapku. Wanita yang beberapa tahun terakhir ini begitu sukar merespon kebutuhan ranjangku, terlihat begitu ayu dan manja.
Sisil membelai wajah mamanya dan mengusapkan jemarinya di bibirnya. Sementara Fenny beringsut duduk di sebelah kanan mamanya membelai rambut Ajeng.
Tak lama kemudian dia berkata, “Pah…Fenny kapan ?”
Seketika kami berempat tertawa.
Seperti halnya Ajeng, aku juga bingung sedang menjalani kehidupan dan rumah tangga yang bagaimana.
Ah, dua putriku mempesona. Sisil mampu membuatku ejakulasi lebih dahulu, dan Fenny yang turut membuat rangsangan sejadi-jadinya pada kontolku.
“Ini rahasia kita dan dua putri cantikmu pa….”kata Ajeng sambil mengecup keningku.
Aku salah menilai kedua putriku. Yang selama ini kuanggap sebagai partner diskusi, sekaligus orang yang harus kuberikan edukasi, ternyata menyimpan perasaan yang juga tak bisa kuantisipasi.
Apakah ini akan menjadi masalah ? Entahlah, aku tidak tahu. Yang pasti, seperti kata istriku, jalani saja dulu.
